Apa yang Harus Dilakukan Jika Depresi?

Apa yang Harus Dilakukan Jika Depresi?

Depresi merupakan sebuah penyakit yang ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan dan kehilangan minat terhadap kegiatan-kegiatan yang biasanya kita lakukan dengan senang hati. Tanda berikutnya adalah berhenti menjalankan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari setidaknya selama dua minggu.

Mereka yang memiliki depresi biasanya memiliki beberapa gejala seperti, kehilangan energi, perubahan nafsu makan, gangguan tidur (bisa berlebihan, bisa juga kurang dari lama tidur biasanya), cemas, menurunnya kemampuan berkonsentrasi, ketidakmampuan membuat keputusan, rasa tidak tenang, perasaan tidak berguna, bersalah atau putus asa, dan pikiran-pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri.

Pada anak-anak gejala lain adalah menyendiri, menjauhi teman-temannya, rewel atau mudah marah, sering menangis, sulit berkonsentrasi di sekolah, perubahan dalam nafsu makan atau tidur (bisa menjadi berlebihan atau berkurang).

Anak-anak yang usianya lebih muda bisa kehilangan minat bermain. Anak-anak yang lebih besar biasanya melakukan hal beresiko lebih tinggi yang sebelumnya tak berani mereka lakukan.

Sehebat apapun depresinya pasti bisa disembuhkan. Saraf pada otak bersifat elastis dan tidak akan berubah. Artinya ketika mengalami depresi berat itu dapat disembuhkan kembali. Solusi depresi berat dapat dilakukan dengan berpikir positif karena kondisi di luar tubuh manusia tidak bisa dikontrol, tapi di dalam otak dapat dikontrol.

Untuk mencegah dampak depresi agar tidak parah dapat dilakukan hal berikut:

1. Jika Kamu Merasa Depresi

• Bicaralah dengan orang yang kamu percaya mengenai perasaan mu.
• Cari bantuan profesional, bisa dimulai dengan ke tenaga kesehatan dan dokter.
• Tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman, dan orang sekitar.
• Berolahraga secara teratur, biarpun olahraga ringan.
• Biasakan untuk tetap makan dan tidur teratur.
• Hindari penggunaan alkohol dan narkoba. Semua itu memperparah depresi.
• Tetap lakukan hal-hal yang selalu kamu nikmati, bahkan ketika kehilangan selera untuk melakukannya.
• Tetap waspada dengan pikiran-pikiran negatif yang terus muncul serta kritik diri yang berlebihan dan coba gantikan dengan pikiran-pikiran positif. Beri semangat dan selamat pada diri kita sendiri atas apa yang sudah kita dapatkan.

2. Jika Tinggal Bersama Orang Depresi

• Jelaskan pada mereka bahwa anda mau membantu, mendengarkan tanpa menghakimi dan menawarkan
• Cari tahu lebih banyak tentang depresi
• Dorong teman/keluarga yang depresi untuk mencari bantuan profesional. Tawarkan padanya untuk menemani menemui tenaga kesehatan.
• Bila mereka yang hidup dengan depresi mendapatkan resep, bantu untuk minum obat sesuai dengan anjuran.
Bersabarlah, biasanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk penderita depresi merasa lebih baik.
• Anda dapat membantu menjalankan tugas harian dan memastikan teman/keluarga yang mengalami depresi makan dan tidur teratur
• Ajak/dorong untuk berolahraga dan melakukan kegiatan sosial.
• Bila teman/keluarga yang mengalami depresi mengutarakan pikiran untuk melukai diri sendiri, jangan tinggalkan sendirian. Cari bantuan dari layanan darurat atau tenaga kesehatan yang tepat (konselor, psikolog, psikiater). Sementara itu amankan benda-benda seperti obat-obatan, benda tajam dan senjata lain.
• Jangan lupa untuk tetap merawat diri anda denan baik. Temukan cara untuk bersantai dan melakukan hal-hal yang anda nikmati.

3. Bila Anak Anda Mengalami Depresi

• Obrolkan dengan anak tentang kegiatannya dan hal-hal yang terjadi di rumah, sekolah, dan luar sekolah. Coba cari tahu hal yang mengganggu pikiran/perasaannya.
• Bicara dengan orang yang anda rasa sangat mengenal anak anda.
• Carilah bantuan dari tenaga kesehatan profesional (konsuler, psikolog, psikiater).
• Lindungi anak anda dari tekanan yang terlalu besar bagi usianya, perlakuan yang merusak mental dan kekerasan.
• Perhatikan kesehatan fisik, mental dan keperluan anak anda terutama saat ada perubahan-perubahan besar dalam hidupnya, misalnya pindah ke sekolah baru atau masa puber.
• Upayakan anak untuk cukup tidur, makan teratur, aktif secara fisik dan melakukan kegiatan yang disukai.
• Luangkan cukup waktu dengan anak anda.
• Bila anak memiliki niatan atau malah sudah pernah melukai dirinya, carilah bantuan dari tenaga profesional sesegera mungkin untuk mencegahnya.

4. Bila Depresi Pasca Melahirkan

• Diskusikan perasaan anda dengan mereka yang dekat dengan anda, minta dukungan mereka. Mereka mungkin dapat membantu merawat bayi anda ketika anda membutuhkan waktu untuk beristirahat atau untuk diri sendiri.
• Tetap jaga hubungan dengan keluarga dengan menghabiskan waktu bersama mereka.
• Bila mungkin, keluar ruangan untuk menghirup udara segar. Di lingkungan yang aman, bawa bayi anda berjalan-jalan. Ini akan memberikan manfaat bagi anda dan bayi.
• Bicaralah dengan ibu-ibu lain yang mungkin dapat memberikan nasihat dan mau berbagi pengalaman.
• Bicaralah dengan tenaga kesehatan yang dekat anda. Ia dapat membantu anda mencarikan perawatan yang paling tepat untuk situasi anda.
• Segera cari bantuan, apalagi bila terlintas dalam pikiran anda untuk melukai diri anda atau bayi.

Distimia, Gangguan Mental yang menyebabkan Depresi Berkepanjangan

Distimia, Gangguan Mental yang menyebabkan Depresi Berkepanjangan

Distimia merupakan gangguan depresi yang berlangsung secara berkepanjangan. Gangguan ini menyebabkan penderitanya merasakan sedih dan putus asa yang terus-menerus.

Hal ini bisa mempengaruhi suasana hati dan perilaku serts fungsi fisik, termasuk nafsu makan dan kualitas tidur. Akibatnya, orang dengan gangguan distimia sering kehilangan minat dalam melakukan kegiatan yang mereka sukai dan sulit menyelesaikan tugas sehari-hari.

Gangguan distimia bisa bertahan selama bertahun-tahun sehingga sangat mempengaruhi semua aspek hidup penderitanya.

 

gejala distimia bisa berlangsung minimal dua tahun dengan bentuk seperti berikut: perasaan sedih dan putus asa yang terus-menerus gangguan tidur energi rendah perubahan nafsu makan kesulitan berkonsentrasi kurangnya minat dalam kegiatan sehari-hari penurunan produktivitas harga diri yang buruk sikap negatif menghindari kegiatan sosial.

Gejala distimia sering mulai muncul selama masa kanak-kanak atau remaja. Anak-anak dan remaja dengan distimia biasanya tampak mudah tersinggung, murung, atau pesimis dalam waktu yang lama. Mereka juga dapat menunjukkan masalah perilaku, kinerja yang buruk di sekolah, dan kesulitan berinteraksi dengan anak-anak lain dalam situasi sosial.

Gejala-gejalanya seringkali datang dan pergi selama beberapa tahun, dan tingkat keparahannya dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Penyebab Penyebab distimia belum diketahui pasti.

Namun, faktor-faktor berikut bisa menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tertentu dapat berkontribusi pada gejala distimia antara lain: ketidakseimbangan bahan kimia di otak riwayat keluarga riwayat kondisi kesehatan mental lainnya, seperti kecemasan atau gangguan bipolar peristiwa kehidupan yang penuh tekanan atau traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai atau masalah keuangan penyakit fisik kronis, seperti penyakit jantung atau diabetes trauma otak fisik, seperti gegar otak.

orang-orang yang mengalami distimia juga rentan mengalami hal-hal berikut: kualitas hidup bherkurang gangguan kecemasan, dan gangguan suasana hati lainnya penyalahgunaan zat kesulitan hubungan dan konflik keluarga masalah sekolah, pekerjaan dan penurunan produktivitas nyeri kronis dan penyakit medis umum muncul pikiran atau perilaku bunuh diri gangguan kepribadian atau gangguan kesehatan mental lainnya.

Pencegahan Tidak ada cara pasti untuk mencegah gangguan distimia. Namun, mengidentifikasi gejala awal bisa membantu penanganan depresi lebih lanjut. Langkah-langlah yang bisa kita lakukan agar depresi yang dialami tak berkembang menjadi distimia antara lain: ambil langkah-langkah untuk mengendalikan stres, meningkatkan ketahanan dan harga diri hubungi keluarga dan teman-teman, terutama di saat krisis, untuk membantu menghadapi kesulitan.

meminta bantuan ahli saat merasakan gejala depresi untuk membantu mencegah gejala semakin memburuk. pertimbangkan untuk mendapatkan perawatan pemeliharaan jangka panjang demi mencegah gejala kambuh kembali. Pengobatan Untuk mengatasi distimia, dibutuhkan bantuan ahli jiwa.

Metode pengobatan yang diberikan bisa berupa terapi dan pemberian obat. Obat yang diberikan biasanya berupa antidepresan seperti: selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine (Prozac) dan sertraline (Zoloft) antidepresan trisiklik (TCA), seperti amitriptyline (Elavil) dan amoxapine (Asendin) inhibitor reuptake serotonin dan norepinefrin (SNRI), seperti desvenlafaxine (Pristiq) dan duloxetine (Cymbalta).

Penderita distimia mungkin perlu mencoba berbagai obat dan dosis untuk menemukan solusi yang efektif. Hal ini tentu membutuhkan kesabaran, karena banyak obat membutuhkan beberapa minggu untuk menunjukan efeknya secara penuh. Untuk menemukan jenis obat yang cocok, penderita distimia juga perlu berkonsultasi dengan dokter.

Penderita distimia juga tidak diperbolehkan berhenti minum obat tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau melewatkan beberapa dosis dapat menyebabkan gejala seperti putus obat dan memperburuk gejala depresi. Selain pemberian obat, terapi bicara juga membantu pemulihan penderita distimia.

Terapi bicara ini diperlukan untuk hal-hal berikut: mengungkapkan pikiran dan perasaan pasien dengan cara yang sehat membantu mengatasi emosi menyesuaikan diri dengan tantangan hidup mengidentifikasi pikiran, perilaku, dan emosi yang memicu atau memperburuk gejala mengganti kepercayaan negatif dengan kepercayaan positif mendapatkan kembali rasa kepuasan dan kontrol dalam hidup menetapkan tujuan realistis untuk diri sendiri.

Terapi bicara dapat dilakukan secara individu atau dalam kelompok yang dapat digunakan sebagai media berbagi perasaan dengan orang lain yang mengalami masalah serupa.

×