Stroke pada Anak, Apa Bedanya dengan Stroke pada Orang Dewasa?

Stroke pada Anak, Apa Bedanya dengan Stroke pada Orang Dewasa?

Anda mungkin berpikir bahwa stroke hanya bisa dialami oleh orang dewasa dan lansia. Namun, kenyataannya, stroke juga bisa terjadi pada anak-anak. Meski begitu, stroke pada orang dewasa dan pada anak pun bisa sangat berbeda. Lalu, apa yang terjadi saat anak mengalami stroke? Bagaimana penanganannya? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.

Penyebab stroke pada anak

Sama halnya dengan stroke pada orang dewasa, stroke pada anak juga dibedakan berdasarkan jenisnya. Meski begitu, penyebab dari masing-masing jenis stroke berbeda dengan penyebabnya pada orang dewasa.

Penyebab stroke iskemik pada anak

Berikut informasi penyebab stroke yang umum terjadi pada anak-anak:

1. Penyakit jantung bawaan

Penyakit jantung bawaan seperti katup jantung yang abnormal atau infeksi pada jantung, dapat menyebabkan terbentuknya penggumpalan darah pada jantung. Gumpalan darah tersebut bisa bergerak menuju ke otak.

Untuk mengatasi kondisi tersebut, anak mungkin harus menjalani operasi atau mengonsumsi antibiotik sebagai pengobatan stroke.

2. Anemia sel sabit

Sekitar 10% dari anak yang mengalami anemia sel sabit, juga menderita stroke. Saat anak menderita penyakit ini, sel darah tidak dapat membawa oksigen menuju ke otak. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menuju ke otak mengalami penyempitan.

3. Cedera

Stroke iskemik pada anak juga dapat terjadi akibat trauma yang didapatkan dari cedera pada pembuluh arteri dan menyebabkan aliran darah menuju ke otak terhenti. Contohnya, pembuluh darah arteri mungkin akan mengalami kerusakan jika anak memiliki cedera leher.

Penyebab stroke hemoragik pada anak

Berikut beberapa kemungkinan penyebab stroke hemoragik pada anak:

1. Pembuluh darah pecah

Apabila pembuluh darah pada otak pecah, darah tidak akan sampai ke tujuan. Hal ini menyebabkan otak kekurangan oksigen dan meningkatkan potensi pada kerusakan otak permanen.

2. Malformasi arteriovena

Stroke hemoragik pada anak biasanya disebabkan oleh pembuluh arteri yang pecah, melemah, atau mengalami malformasi. Risiko mengalami stroke ini juga meningkat jika anak memiliki penyakit tertentu, misalnya hemofilia.

Faktor risiko stroke pada anak

Ada beberapa masalah kesehatan yang dapat meningkatkan risiko:

  • Masalah kesehatan jantung.
  • Anemia sel sabit.
  • Infeksi, seperti meningitis dan ensefalitis.
  • Cedera kepala.
  • Dehidrasi.
  • Sakit kepala migrain.
  • Penyakit metabolisme.
  • Penyakit penggumpalan darah.
  • Penyakit pembuluh darah yang abnormal.
  • Cacat lahir.
  • Penyakit keturunan.
  • Tekanan darah tinggi.

Meski begitu, pada anak-anak, stroke bisa terjadi tanpa ada penyebab yang pasti.

Gejala stroke pada anak

Gejala stroke yang mungkin muncul pada anak tergantung pada usia anak dan penyebab stroke yang dialaminya. Gejala yang mungkin muncul pada bayi baru lahir adalah:

  • Kejang.
  • Tidur dan mudah mengantuk secara berlebihan dan tidak wajar.
  • Kecenderungan untuk hanya menggunakan salah satu sisi tubuhnya.

Sementara itu, pada anak, gejala yang muncul sebagian besarnya mirip dengan yang muncul pada orang dewasa, seperti:

  • Sakit kepala berlebihan, mungkin hingga muntah.
  • Mengalami gangguan penglihatan dan sulit menggerakkan bola mata.
  • Kelemahan atau mati rasa pada salah satu sisi tubuh atau wajah.
  • Pusing dan kebingungan.
  • Kesulitan berjalan atau mudah kehilangan keseimbangan.
  • Kesulitan berbicara atau memahami ucapan orang lain.
  • Kehilangan kesadaran dan rasa kantuk berlebih.
  • Kejang atau lumpuh pada salah satu sisi tubuh.

Jika anak Anda mengalami salah satu gejala stroke yang telah disebutkan di atas, segera hubungi Unit Gawat Darurat di rumah sakit terdekat.

Cara Mendiagnosis stroke pada anak

Diagnosis stroke umumnya diawali dengan pemeriksaan gejala yang dialami serta riwayat kesehatannya. Biasanya, dokter akan menanyakan mengenai cedera, infeksi, masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, hingga riwayat kesehatan keluarga yang berkaitan dengan perdarahan.

Setelah itu, dokter akan menjalani beberapa tes untuk mendiagnosis stroke, seperti:

1. Brain imaging studies

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan salah satu tes yang mungkin harus dijalani anak untuk diagnosis stroke. Selain itu, jika MRI tidak bisa dilakukan, dokter mungkin akan menyarankan agar anak menjalani CT-scan.

Magnetic resonance angiography (MRA) juga mungkin harus dilakukan sebagai bagian dari MRI.

2. Tes darah

Tes darah biasanya akan dilakukan untuk memeriksa adanya gejala infeksi, penyakit sel sabit, peradangan pembuluh darah, dan pembentukan gumpalan darah yang tidak normal.

3. Pemeriksaan jantung dan pembuluh darah

Detak jantung diperiksa menggunakan elektrokardiogram atau EKG. Selain itu, mesin ultrasound khusus mungkin juga akan digunakan untuk memeriksa adanya kemungkinan anak mengalami embolisme paru atau penggumpalan darah. Monitor khusus biasanya akan digunakan untuk melihat adanya ritme jantung yang tidak normal dalam jangka panjang.

4. Lumbar puncture

Cairan di sekitar otak dan tulang belakang mungkin akan diperiksa untuk mencari tahu apakah ada gejala infeksi.

5. Elektroensepalogram

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa adanya kejang pada anak.

6. Pulse oximeter

Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa apakah oksigen cukup di dalam darah.

Pengobatan stroke pada anak

Pada tahap awal, pengobatan untuk anak biasanya fokus untuk mengembalikan aliran darah ke otak. Berikut adalah pilihan pengobatan yang bisa dilakukan:

1. Terapi medis

Anak Anda mungkin akan diberikan obat-obatan untuk stroke seperti aspirin dan berbagai obat pengencer darah lainnya. Selain itu, dokter juga akan memberikan vitamin khusus untuk anak. Anak yang mengalami penyakit sel sabit mungkin akan diberikan hidroksiurea, terapi transfusi, atau keduanya secara bersamaan.

Namun, jika stroke menyebabkan anak mengalami kejang, dokter mungkin juga akan memberikan obat antikejang. Meski begitu, obat-obatan yang biasanya diberikan untuk orang dewasa yang mengalami stroke masih belum bisa diberikan untuk anak, kecuali saat kondisi tertentu.

2. Intervensi neuroradiologi

Apabila anak mengalami malformasi arteriovena atau aneurisma, dokter mungkin akan memasangkan kateter pada pembuluh darah yang bermasalah untuk memperbaikinya. Pada situasi tertentu, penggunaan kateter juga bisa digunakan untuk memindahkan gumpalan darah pada pembuluh darah agar aliran darah normal kembali.

Prosedur ini biasanya dilakukan dengan pemasangan kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah di lengan atau kaki yang diarahkan menuju ke pembuluh darah di otak.

3. Operasi

Prosedur operasi mungkin perlu dilakukan untuk mengatasi jenis stroke tertentu. Meski begitu, jenis operasi yang dilakukan juga tergantung dari penyebab stroke yang dialami anak.

Salah satu jenis operasi dilakukan untuk mengangkat sebagian kecil dari tengkorak yang mungkin diperlukan untuk mencegah pembengkakan pada otak. Operasi lainnya dilakukan untuk memperbaiki pembuluh darah yang tidak normal, dan membantu mengembalikan aliran darah ke area yang mengalami cedera.

Pemulihan stroke pada anak

Setelah kondisi anak dinyatakan stabil, Anda tetap harus rutin menjalani pemeriksaan untuk memonitor kondisi anak. Setelah itu, dokter dan tim medis akan memeriksa fungsi organ tubuh anak dan memaksimalkan pemulihannya.

Selama masa pemulihan, anak mungkin masih akan mengalami kesulitan saat berjalan, melihat, berbicara, membaca, dan terkadang salah satu sisi tubuhnya masih sulit digerakkan. Stroke juga bisa menyebabkan kejang atau memengaruhi pola pikir dan emosi anak.

Meski begitu, otak anak yang masih dalam pertumbuhan memiliki kesempatan untuk sembuh yang lebih besar dari stroke dibanding otak orang dewasa. Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat meminimalkan risiko mengalami komplikasi stroke. Rehabilitasi yang dijalani lebih awal juga dapat membantu memaksimalkan proses pemulihan.

Kenali Berbagai Gejala Stroke Ringan, Ketika dan Setelah Serangan Stroke

Kenali Berbagai Gejala Stroke Ringan, Ketika dan Setelah Serangan Stroke

Stroke terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau sama sekali berkurang, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Ini dapat merusak atau mematikan sel-sel otak. Bagian otak yang berbeda mengendalikan fungsi tubuh yang berbeda, sehingga stroke dapat memengaruhi hampir semua bagian tubuh. Meskipun sulit untuk memprediksi munculnya stroke, tapi Anda dapat mengetahui gejala stroke ringan ataukah gejala serangan stroke.

Apa saja gejala stroke yang mungkin muncul?

Setiap orang mungkin akan memiliki gejala stroke yang berbeda-beda. Namun, beberapa kondisi berikut termasuk gejala stroke yang umum.

  • Sulit berbicara atau memahami orang lain
  • Mati rasa atau terkulai lemas di satu sisi wajah atau tubuh
  • Sulit berjalan dan menyeimbangkan badan
  • Masalah penglihatan
  • Sakit kepala yang parah
  • Pusing
  • Sulit menelan

Dari gejala-gejala tersebut, beberapa orang yang mengalami stroke mungkin juga tidak merasakan sakit. Meski begitu, waspadai semua gejala dan segera temui dokter Anda jika mengalami beberapa gejala tersebut.

Siapa pun yang mungkin mengalami stroke tidak boleh mengemudi. Gejalanya dapat dengan cepat menjadi lebih buruk, dan dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain dalam kecelakaan.

Mengenali gejala stroke

National Stroke Association merekomendasikan strategi mudah untuk membantu Anda mengenali apakah seseorang mengalami stroke. Jika Anda berpikir bahwa seseorang di sekitar Anda mengalami stroke, coba lakukan FAST (face, arm, speech, time). Ini adalah sebuah strategi yang berarti:

  • Face: wajah Anda terkulai
  • Arm: lengan Anda melemah
  • Speech: kesulitan dalam berbicara

Jika seseorang tidak bisa mengangkat kedua lengan, tersenyum dengan kedua sisi mulut, atau mengucapkan kalimat lengkap, penting untuk mencari perawatan darurat. Ini bisa menjadi gejala stroke. Karena semakin lama stroke tidak diobati, akan semakin memperparah keadaan Anda.

Apa yang terjadi setelah mengalami serangan stroke?

Efek dari stroke bisa bervariasi, tergantung pada area otak yang terkena. Selain itu, lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menerima perawatan juga berpengaruh. Penundaan pengobatan memungkinkan lebih banyak sel otak yang rusak atau mati.

Beberapa orang mungkin hanya mengalami efek kecil setelah stroke, seperti kelelahan atau gangguan pada sistem koordinasi. Sementara lainnya, mungkin perlu mempelajari kembali fungsi dasar, seperti berjalan dan menelan, dan membutuhkan perawatan lanjutan.

Biasanya orang yang pernah memiliki stroke akan mengalami gangguan penglihatan, dampak fisik dan emosional.

Setelah stroke, beberapa orang mengalami:

  • Sulit menelan (disfagia)
  • Tidak bisa mengangkat kaki bagian depan (foot drop)
  • Masalah kencing atau buang air besar
  • Rasa sakit, kejang
  • Kelelahan
  • Lumpuh
  • Masalah tidur
  • Kejang otot

Seseorang mungkin memiliki satu atau lebih dari gejala ini, yang keparahannya dapat meningkat atau juga bisa semakin membaik.

Selain itu, stroke bisa membuat seseorang merasa terguncang, bingung, dan takut. Seseorang yang mengalami stroke mungkin mengalami depresi, gelisah, stres, merasa terbebani dan kehilangan identitasnya.

Berbicara dengan seorang profesional dapat membantu mengatasi perasaan-perasaan ini. Seorang terapis dapat membantu seseorang untuk mengatasi dampak emosional stroke dan membuat perubahan untuk mengurangi stres.

Gejala stroke ringan

Stroke Ringan atau transient ischemic attack (TIA), yang juga dikenal dengan ministroke, adalah keadaan di mana saraf kekurangan oksigen akibat dari aliran darah yang terganggu yang berlangsung kurang dari 24 jam, biasanya dalam waktu beberapa menit. Stroke ringan juga muncul ketika bagian otak tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.

Tanda dan gejala stroke ringan sama dengan stroke lainnya, tetapi dapat berlalu lebih cepat.

Suatu ministroke biasanya berlangsung antara beberapa menit dan beberapa jam. Gejala stroke ringan dapat berlalu begitu cepat sehingga seseorang nyaris tidak memperhatikannya. Misalnya, seseorang mungkin mengalami kesulitan berbicara atau bergerak selama beberapa menit sebelum berfungsi kembali.

Siapa pun yang mencurigai dirinya mengalami gejala stroke ringan, maka harus segera mencari perawatan darurat. Meskipun ministroke bukan stroke, kondisi ini harus diperlakukan sama seriusnya.

Mengalami ministroke adalah peringatan bahwa Anda berisiko tinggi terkena stroke. Untuk mengatasi risiko ini, harus segera diobati.

Satu dari setiap tiga orang yang mengalami ministroke akhirnya mengalami stroke iskemik dalam satu tahun dari ministroke. Seringkali, stroke terjadi dalam beberapa hari atau minggu setelah mengalami kondisi ini.

Salah Ngemil Ternyata Bisa Bawa Penyakit, Masa Sih?  Baca artikel detikHealth, “Salah Ngemil Ternyata Bisa Bawa Penyakit, Masa Sih?”

Salah Ngemil Ternyata Bisa Bawa Penyakit, Masa Sih? Baca artikel detikHealth, “Salah Ngemil Ternyata Bisa Bawa Penyakit, Masa Sih?”

Camilan bagaikan teman sejati yang sering menemani segala aktivitas. Seperti ketika menonton drama korea, ketika bekerja, hingga mengisi kebosanan. Camilan memang sulit dipisahkan dari keseharian , karena itu jangan sampai salah pilih cemilan yang justru bisa mengganggu kesehatan.


Menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan pada jurnal Nutrition menunjukkan adanya kaitan antara tingkat asupan cemilan yang tinggi kalori dengan pola makan yang tidak sehat.

Seseorang yang sering mengonsumsi cemilan tinggi kalori memiliki asupan kalori harian, total lemak, gula, dan garam yang lebih tinggi, sebaliknya asupan seratnya lebih rendah.

Penelitian ini juga menemukan adanya peningkatan risiko gangguan sindrom metabolik seiring dengan meningkatnya asupan camilan tinggi kalori. Bahkan, kelompok yang paling banyak mengonsumsi cemilan tinggi kalori ternyata memiliki risiko terkena gangguan sindrom metabolik hingga 53% lebih tinggi.

Seseorang dikatakan mengalami gangguan sindrom metabolik apabila memiliki setidaknya 3 dari 5 kondisi termasuk kadar gula darah tinggi, kadar kolesterol baik yang rendah, kadar trigliserida darah yang tinggi, lingkar pinggang besar, dan tekanan darah tinggi.

Padahal gangguan sindrom metabolik berbahaya karena berkaitan erat dengan risiko penyakit jantung, diabetes, stroke, dan masalah kesehatan lainnya.

Tapi, bukan berarti sama sekali tidak bisa ngemil, salah satunya adalah dengan mencoba mengonsumsi cemilan sehat. Cemilan sehat disebut-sebut bisa membantu memenuhi kebutuhan nutrisi harian.

Camilan sehat dalam jumlah yang tepat juga bermanfaat memberikan tambahan energi di tengah hari atau saat berolahraga, serta mengurangi rasa lapar di antara waktu makan dan mencegah porsi berlebihan saat makan besar. Lalu bagaimana cara memilih cemilan yang sehat?

Pilihlah camilan dengan kalori terkontrol agar tidak membuat asupan kalori harian berlebihan. Selain itu, cemilan yang mengandung serat juga pilihan baik karena memiliki banyak manfaat kesehatan seperti menjaga kesehatan sistem pencernaan dan mengenyangkan lebih lama karena lebih lambat dicerna.

×