Belakangan bermunculan jajanan dan makanan pinggir jalan dengan olahan minyak berlebih. Bahkan, baru-baru ini viral sajian nasi yang sengaja dicampur dengan minyak.
“Dikasih makan nasi minyak karena penyajiannya itu full minyak goreng,” demikian narasi dalam video viral jual nasi minyak
Spesialis penyakit dalam dr Andi Khomeini Takdir Haruni menyoroti efeknya bisa memicu dislipidemia. Dislipidemia disebut menandakan tingginya kadar lemak di dalam darah.
“Saya khawatir dampaknya ke peningkatan kasus dislipidemia dan turunannya,” beber dr Koko dalam cuitan akun Twitter pribadinya, dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan,
“Dislipidemia adalah tingkat yang tidak sehat dari satu atau lebih jenis lipid atau lemak dalam darah. Darah mengandung tiga lipid utama yakni
Lipoprotein densitas tinggi (HDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), dan trigliserida (TG),” lanjut dia.

Jika seseorang mengalami dislipidemia, artinya kadar LDL atau TG mereka terlalu tinggi. LDL merupakan jenis kolesterol jahat yang bisa menumpuk dan membentuk gumpalan atau plak di dinding arteri. Terlalu banyak plak di arteri jantung otomatis bisa memicu serangan jantung.
Lain halnya dengan HDL yakni kolesterol baik yang membantu menghilangkan LDL dari darah. Sementara trigliserida berasal dari kalori yang masuk ke dalam tubuh, tetapi tidak terbakar. Trigliserida disimpan dalam sel lemak.
Mereka dilepaskan sebagai energi saat seseorang membutuhkannya. Namun, jika terlalu banyak mengonsumsi kalori, bisa terjadi penumpukan trigliserida.
Perlu diketahui, kadar LDL dan trigliserida yang tinggi membuat risiko terkena serangan jantung dan stroke lebih tinggi. Kadar kolesterol HDL yang rendah terkait dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.
Gejala Dislipidemia
Seseorang mungkin saja tidak sadar mengalami dislipidemia, seperti misalnya tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, terkadang tidak menunjukkan gejala yang jelas. Kondisi ini baru sering ditemukan selama melakukan tes darah rutin.
Namun, dislipidemia dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular, yang bisa bergejala. Kadar kolesterol LDL yang tinggi dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, memicu penyumbatan di arteri jantung dan penyakit arteri perifer, yakni penyumbatan di arteri kaki. Gejalanya bisa jadi mengalami nyeri dada hingga berakhir serangan jantung.